Selasa, 07 Januari 2020

Kebiasaan, Adat, dan Etika Novel Angkatan 20-30 an

Novel adalah karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Dibandingkan dengan roman, model penceritaan novel tidak begitu terperinci. Ciri khas novel yaitu adanya perubahan nasib tokoh yang diceritakan. Sejarah novel Indonesia diawali sekitar tahun 1920-an, dengan pengarang seperti Marah Rusli, Merari Siregar, Sultan Takdir Alisjahbana, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Jamaluddin (Adinegoro), Hamka (Abdul Malik Karim Amrullah), Sariamin (Selasih/Seleguri), Suman Hs. (Hasibuan), Tulis Sutan Sati, Mohammad Kasim, dan Aman Datuk Madjoindo. Novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an termasuk dalam angkatan Balai Pustaka.

Balai Pustaka merupakan sebuah komisi (Commissie voorchet volkslectuur) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908. Tujuan pendirian Balai Pustaka adalah (1) memberi bacaan kepada rakyat untuk menyaingi penerbitan Cina, yang dianggap membahayakan pemerintah Belanda serta (2) memasukkan tujuan utama pihak penjajah ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa syarat naskah yang masuk ke Balai Pustaka, yakni netral dari agama, tidak mengandung politik, dan tidak menyinggung kesusilaan.

Untuk meningkatkan pemahaman tentang novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an berikut ini adat, kebiasaan, dan etika yang terdapat dalam beberapa novel angkatan Balai Pustaka.

a. Adat
Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi adat yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, jika ada tokoh yang menentang atau tidak taat adat biasanya akan dijauhi atau dihukum sesuai adat yang berlaku.

b. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita.

c. Etika
Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau perilaku yang terpengaruh oleh adat dan kebiasaan.

d. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an.

1. Novel Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara adalah sebuah novel tahun 1920 yang ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit besar di Indonesia kala itu. Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak dibolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia.
Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
  1. Menikahkan anak secara paksa (jodoh dipilihkan orang tua) Aminudin dijodohkan dengan wanita bukan pilihannya
  2. Harta merupakan pertimbangan dalam menjodohkan anak Mariamin berasal dari keluarga kurang mampu maka ditolak oleh keluarga Aminudin.
  3. Poligami (laki-laki dengan istri lebih dari satu) Kasibun mengku perjaka ternyata telah beristri, dan Mariamin dijadikan isteri kedua.
  4. Budaya makan keluarga selalu dilakukan bersama-sama (lengkap; ayah, ibu, dan anak). Jika ada sesuatu hal yang di luar kebiasaan terjadi, maka anak diperbolehkan makan terlebih dahulu. Sementara istri harus tetap mengunggu suaminya.
  5. Anak harus menurut perintah ibunya. Kutipannya sebagai berikut.

Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
  1. Anak sangat berbakti kepada orang tuanya. Aminudin tak mencintai wanita pilihan orang tuanya namun tak berani menolak karena baktinya kepada orang tuanya.
  2. Isteri sangat taat kepada suaminya. Meskipun Mariamin ditipu oleh Kasibun yang mengaku perjaka, ia tetap berbakti kepada suaminya.

Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
  1. Telekomunkasi jarak jauh asih menggunakan surat atau telegram
  2. Pernikahan dipandang dari bibit, bebet, dan bobot
  3. Anak laki-laki biasanya pergi merantau untuk mencari pekerjaan

2. Novel Sengsara Membawa Nikmat
Sengsara Membawa Nikmat merupakan judul sebuah novel karangan Tulis Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1929. Dengan latar belakang adat budaya Minangkabau, novel ini berkisah tentang pengembaraan seorang tokoh utamanya yang bernama Midun. Gambaran pengembaraan yang diceritakan cukup realistis serta tidak terpaku di wilayah Sumatera saja namun juga sampai ke pulau Jawa.

Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
  1. Agama dijunjung tinggi(terutama Islam).
  2. Kehidupan masyarakatnya bergotong royong
  3. Penguasa sering semena-mena, bahkan berbuat kejam.

Adat yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
  1. Mengenai warisan, harta benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/diambil alih oleh keluarga asal bukan keluarga setelah menikah (Sumatra)
  2. Aturan adat sangat ketat, dan bagi yang melanggar hukumannya berat
  3. Penyerahan kekuasaan terhadap penerusnya dalam suatu daerah diserahkan oleh pemegang jabatan/kekuasaan sebelumnya

Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
  1. Para pemuda memainkan permainan sepak raga (prmainan bola kaki)
  2. Masih jaman penjajahan Belanda
  3. Hampir semua pemuda di daerah tersebut mengenal ilmu bela diri
  4. Banyak penduduk yang tidak bisa membaca

3. Novel Salah Asuhan
Salah Asuhan adalah sebuah novel Indonesia karya Abdoel Moeis yang diterbitkan tahun 1928 oleh Balai Pustaka. Novel yang kala itu terbit di Hindia Belanda ini sekarang telah dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia modern awal terbaik sepanjang masa.

Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
  1. Penolakan secara halus dan tidak menyakiti hati saat ada yang menyatakan perasaan. Bukti: Ketika Hanafi mengemukakan isi hatinya. 
  2. Belenggu Kebiasaan: Bukti: Sementara itu. walaupun mereka telah mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie. Corrie menolak secara halus.
  3. Meminta maaf apabila berbuat salah. Bukti: Maka ia meminta kepada istrinya supaya disediakan kain kafan pembungkus mayatnya.

Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
  1. Dilarang menikah beda suku. Bukti: Corrie merasa tidak mungkin menjalin hubungan dengan Hanafi karena perbedaan budaya di antara mereka.
  2. Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya menunggu suami di rumah.
  3. Seorang istri bagaimanapun juga harus bersikap hangat pada suami. Rapiah dan ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi di kampungnya.

Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
  1. Hanafi: Bergaul dengan orang Eropa.Bukti: Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda,sehingga dia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda. Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang Eropa.
  2. Corrie: Mengobrol bersama Hanafi.Bukti: Mereka suka mengobrol berdua.
  3. Rapiah: Menerima perlakuan suaminya dengan pasrah. Bukti: Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan Hanafi diterimanya dengan pasrah.
  4. Ibu Hanafi: Memperhatikan Hanafi. Bukti: Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkananaknya menjadi orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya. Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya.

4. Novel Siti Nurbaya
Sitti Nurbaya adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
  1. Ia terbiasa memakai topi putih yang seringkali dipakai bangsa Belanda. Bukti kutipan: "Topinya topi rumput putih yang biasa dipakai bangsa belanda"
  2. Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain batis dengan motif kembang kembang berwarna merah jambu. Bukti kutipan: "Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis yang berkembang merah jambu"
  3. Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang. Bukti kutipan: "Dekat putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung rokok dengan daun nipah."
  4. Orang padang saat berbicara seringkali menggunakan peribahasa yang penuh arti. Bukti kutipan: "Akan tetapi sebab ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata peribahasa Melayu, selalulah rupanya seperti orang yang tak pernah kekuranagan.
  5. Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari laki-laki dan laki-laki itu adalah tuannya perempuan. Bukti kutipan: "Bukankah laki-laki itu tuan perempuan dan perempuan itu hamba laki-laki? Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada kita; disiksa, dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan rumah tangga yang baik."
Novel adalah karangan prosa yang panjang Kebiasaan, Adat, dan Etika Novel Angkatan 20-30 an
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
  1. Jika akan melaksanakan proses perdukunan, hendaklah harus menyiapkan syarat-syaratnya. Bukti kutipan: "Baiklah... Hamba mohon perasapan dan kemenyan serta air bersih secambung dan sirih kuning tujuh lembar."
  2. Di Padang, pernikahan dipandang sebagai perniagaan, laki-laki dibeli oleh perempuan, karna perempuan memberi uang kepada laki-laki. Bukti kutipan: "Perkawinan itu dipandang sebagai perniagaan, disini laki-laki dibeli oleh perempuan"
  3. Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu ramai dikunjungi pendatang yang ingin mendoakan arwah yang telah pergi. Bukti kutipan: " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya adalah sebuah makam, didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat akan masuk puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan penziarah..."
  4. Orang besar, penghulu/orang berpangkat tinggi yang memiliki istri lebih dari 1 sudah banyak, sebab  itulah adat di Padang, sebab dengan memiliki banyak istri, itu berarti dia meiliki banyak keturunan. Bukti kutipan: "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3, sampai 4 orang. Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?"
  5. Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap seperti ada yang sudah ada. Bukti kutipan: ".... menyediakan makanan diatas tikar rumput yang telah dialas dengan kain putih, terbentang di tengah rumah. Beberapa lama kemudian, duduklah Ahmad Maulana makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh sedikit dari sana...."

Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
  1. Janganlah kamu bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Bukti kutipan: "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, pura-pura kau tolong Ia dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang sebenarnya hendak menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, karena hatimu terlebih bengis daripada setan itu, belum puas lagi."
  2. Apabila ada tamu yang datang hendaknya kita menyediakan minuman dan makanan kecil. Bukti kutipan: "Sementara itu segala kue-kue yang lezat rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada sekalian tamu. Demikian pula minum-minuman..."
  3. Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Bukti kutipan: "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat kesalahan apa-apa."
  4. Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga tingkah laku. Bukti kutipan: "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau berlaku yang tiada senonoh!"
  5. Jika orang tua kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan, sebaiknya kita masuk dan tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka. Bukti kutipan: "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya itu sedang memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya."

5. Novel Salah Pilih
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
  1. Jika sedarah dilarang menikah, karena Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka penduduk desa menganggap bahwa mereka adalah sedarah sebenarnya tidak, tidak ada ikatan darah apapun. Karena merasa tidak bersalah mereka akhirnya menikah dan mereka harus keluar dari Minangkabau.
  2. Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah tidak menyetujui pernikahan anaknya karena mengira Kaharuddin menikah dengan wanita yang tak tentu asal usulnya sebenarnya wanita tersebut adalah anak saudagar batik.

Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
  1. Anak yang berbakti terhadap orang tuanya, meskipun Asri ingin melanjutkan sekolah sampai menjadi dokter namun, karena ibunya memintanya untuk pulang ke kampung halamannya dan bekerja di kampung. Akhirnya Asri menuruti keinginan ibunya.
  2. Kita harus tegar menghadapi cobaan, sikap Asnah yang sabar dan tulus mencintai Asri membuahkan hasil yang manis walaupun ia harus menghadapi berbagai cacian dari Saniah. Berkat keteguhan dan kesabaran hati Asnah dalam mencintai Asri membawa kebahagiaan di akhir cerita.
  3. Kita harus bekerja keras, awal kepindahannya di Jawa, Asri dan Asnah dijauhi oleh orang-orang yang sama-sama berniaga di Jawa. Karena kerja keras mereka, akhirnya mereka dapat memajukan usahanya.
  4. Bertanggung jawab, Asri tidak berniat sedikit pun untuk menceraikan Saniah meskipun Saniah bukanlah jodoh yang terbaik.