Naskah atau lakon dibuat oleh seorang penulis naskah (sastrawan). Dia adalah seniman utama, karena dengan karya sastranya dapat mengilhami para insan teater untuk mewujudkan sebuah karya pertunjukan. Para sastrawan membuat naskah atau lakon drama dengan maksud untuk dipentaskan. Oleh karena itu, ada penulis naskah yang merangkap sebagai sutradara, sebab penulis tersebut lebih tahu tentang maksud isi naskah atau lakon yang ditulisnya. Ada pula penulis naskah yang hanya mampu dan bagus dalam menciptakan naskah, tetapi kurang bagus menyutradarainya dalam bentuk pertunjukan.
Sebaliknya, banyak dramawan yang hebat sebagai sutradara, tetapi tidak dapat membuat naskah. Antara penulis naskah dengan sutradara teater memiliki hubungan timbal-balik. Kedua insan tersebut dapat saling menguntungkan. Penulis naskah terkenal karena karyanya dipentaskan dan ditonton oleh masyarakat. Sebaliknya sutradara juga otomatis terkenal dengan karya pertunjukannya.
Salah satu komponen yang diperlukan untuk mementaskan sebuah drama adalah naskah drama. Naskah drama berisi cerita yang disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, seperti seting, pelaku (tokoh), dialog (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris), serta petunjuk laku.
- Seting dalam sebuah drama mencakup semua unsur nan mendukung alur cerita, seperti lokasi kejadian, waktu kejadian, serta suasana atau kondisi kejadian. Semua unsur pendukung ini berperan sebagai penguat cerita atau peristiwa sehingga penonton bisa dengan mudah memahami apa nan sedang berlangsung.
- Dialog dapat dikatakan menjadi karakteristik khas dari drama. Tanpa dialog, sebuah karya sastra tak bisa disebut sebagai drama. Dialog adalah percakapan langsung yang terjadi di antara tokoh dalam cerita. Dalam dialog inilah dapat diketahui jalan cerita atau masalah apa nan terjadi dan diangkat dalam drama tersebut.
- Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku.
- Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut primadona sedangkan peran pembantu disebut figuran. Tokoh memiliki posisi yang sangat penting karena bertugas mengaktualisasikan cerita/ naskah drama di atas pentas. Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
- Narator bisa juga disebut dalang. Tugasnya memaparkan isi cerita drama kepada penonton. Meskipun berakting di atas panggung, narator berada di luar alur cerita. Pemunculannya hanya untuk membuka dan menutup suatu cerita. Akan tetapi, di tengah-tengah alur cerita, ia bisa juga muncul untuk memberikan komentar terhadap cerita yang sedang dimainkan.
Jalan cerita drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu, melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar dijiwai oleh pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon drama. Karena itulah, naskah drama menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah pertunjukan drama. Berikut ini contoh naskah drama berjudul Bawang Merah dan Bawang Putih.
Seting | : | Rumah Bawang putih yang menggambarkan rumah desa, berdinding bambu dan berlantai tanah. |
Narator | : | Di sebuah desa tinggal seorang janda (muncul Ibu bawang putih dan Bawang merah dari balik panggung,bergaya kemudian masuk kembali) dengan dua orang anak perempuannya. Anak tirinya bernama bawang putih (muncul bawang putih dari balik panggung,bergaya kemudian masuk kembali) dan anaknya sendiri bernama Bawang merah (muncul bawang merah dari balik panggung,bergaya kemudian masuk kembali). (Muncul Bawang merah dari balik panggung dengan membawa bakul berisi pakaian kotor) |
Bawang Merah | : | “Bawang putih! (berteriak nyaring). Bawang putih! (berteriak lebih nyaring). (Muncul Bawang putih dengan tergopoh-gopoh) |
Bawang Putih | : | “Ada apa bawang merah?” |
Bawang Merah | : | “Kemana saja sih? Tidur ya? (setengah membentak). Ini kamu cuci baju-bajuku yang kotor (melempar bakul kelantai) mumpung masih pagi jadi nanti sore sudah kering! cuci yang bersih! Awas kalau masih kotor! Aku adukan ke Ibu! Dasar pemalas! (Berlalu, masuk kedalam). (Bawang putih memunguti baju-baju yang berserakan) (Muncul Ibu dari balik panggung dengan membawa periuk kotor) |
Ibu | : | “Kamu sedang apa Bawang putih? Kurang pekerjaan ya? (galak) pekerjaanmu di dapur banyak! Jangan enak-enakan disini! (mengamati) |
Bawang Putih | : | “Saya mau mencuci baju Bawang merah bu” |
Ibu | : | "Oh, bagus! Sekalian cuci periuk ini! ingat, harus sampai bersih! Sampai mengkilap seperti baru! |
Bawang Putih | : | “Iya bu” (Geber panggung ditutup) |
Babak 2
Seting | : | Pinggir sungai dengan suara gemericik air dan kicauan burung. Tampak Bawang putih yang sibuk mencuci. |
Narator | : | Bawang putih sangat sibuk, baju-baju Bawang merah sangat banyak selain itu ia juga harus berhati-hati dengan arus air yang berkali-kali menghanyutkan baju-bajunya, namun masih bisa diraih. |
Bawang Putih | : | ”Ahk…..akhirnya selesai juga (berdiri merenggangkan otot-otot) pegal-pegal rasanya. (masih merenggangkan otot) Eh, tapi sebelum pulang tidak ada salahnya aku hitung dulu baju Bawang Merah. Ada yang kurang apa tidak ( duduk dan mulai menghitung). Hah! Bajunya yang warna hijau kemana? Aduuuh! (panik). |
Narator | : | “Bawang Putih sangat panik, karena baju yang dicucinya kurang satu. Dia berjalan menyusuri sungai untuk mencari baju yang hilang, namun tidak ketemu. |
Narator | : | (Tiba-tiba muncul Ibunya dengan membawa perkakas dapur yang kotor) |
Ibu | : | “Sedang apa kamu Bawang putih?! Apa sudah selesai pekerjaanmu?(dengan anda keras) |
Bawang Putih | : | “Sudah bu. Tapi…..tapi…..” |
Ibu | : | "Tapi kenapa?” (marah) |
Bawang Putih | : | “Tapi bajunya kurang satu” (ketakutan) |
Ibu | : | “Kamu mencuci baju pasti sambil melamun! Ayo cepat cari sana! Jangan pulang kalau belum sampai ketemu!” (Geber panggung ditutup) |
Seting | : | Pinggir sungai, tampak seorang bapak sedang memandikan kuda. (Muncul Bawang Putih, mendekati bapak yang sedang memandikan kuda) |
Bawang Putih | : | “Permisi paman, apakah paman melihat ada baju yang hanyut?” |
Paman | : | (Mengerutkan dahi) "Wah, saya tidak melihat ada baju yang hanyut. Coba saja terus berjalan kehilir. Barang kali ada yang melihat” (Geber panggung ditutup) |
Seting | : | Di pinggir sebuah sungai, tampak seorang lelaki sedang memancing. |
Narator | : | Bawang putih terus berjalan menyusuri sungai, sampai akhirnya ia melihat seseorang sedang memancing. |
Bawang Putih | : | “Permisi pak, ,apakah bapak melihat ada baju yang hanyut?” |
Paman Pengail | : | “Tidak, sepertinya tidak kelihatan ada baju yang hanyut (memandang Bawang Putih). |
Bawang Putih | : | “Terima kasih pak” (Geber panggung ditutup) |
Seting | : | Pinggir sungai ditengah hutan lebat, tampak seorang nenek berbadan besar sekali sedang mencuci beras dipinggir sungai. |
Narator | : | Bawang putih kembali berjalan mencari bajunya yang hanyut. Ia berjalan cepat sampai-sampai tanpa sadar ia telah memasuki hutan. |
Bawang Putih | : | “Permisi nek, nenek yang sedang mencuci beras. Apakah nenek melihat ada baju hanyut?” |
Nenek | : | (Berdiri, menengok kepada Bawang Putih) "Iya, ada sudah saya ambil dan saya jemur. Ikut saya kerumah. Nanti saya ambilkan (suara nenek besar dan seperti gemuruh). |
Bawang Putih | : | "Terima kasih nek” (berjalan mengikuti dari belakang), nenek sini saya bawakan bakul berasnya” |
Nenek | : | “Kamu anak yang baik” (menyerahkan bakul) (Geber panggung ditutup) |
Babak 3
Seting | : | Rumah nenek yang tinggi besar dan berantakan. Banyak tulang berserakan dimana-mana. |
Narator | : | Bawang putih sampai dirumah si nenek. Rumah si nenek sudah tua, tapi besar dan tinggi. Keadaannya berantakan. Dimana-mana tampak tulang berserakan. Bawang putih sangat terkejut. Tapi tak berani berlari. Bawang putih ingat, masih harus mengambil baju yang dicarinya dengan susah payah. (Bawang putih melirik ngeri melihat sekeliling rumah nenek). Ternyata si nenek adalah seorang raksasa perempuan. |
Nenek | : | "Tolong Bantu saya dulu, badanku capek sekali. Rasanya sakit. Sesudah selesai nanti kamu boleh pulang. Bajumu nanti saya berikan". |
Pawang Putih | : | “Iya nek” (Geber panggung ditutup) |
Seting | : | Dapur nenek raksasa yang besar dan berantakan. Tampak Bawang putih yang sedang memasak. |
Narator | : | Meskipun takut bawang putih merasa kasihan terhadap si nenek raksasa. Bawang putih membantu nenek raksasa menanak nasi, merebus air untuk minum dan membuat sayur. Bawang putih juga membantu membersihkan rumah. (Lampu tiba-tiba padam disusul lampu panggung yang remang-remang. Terdengar suara jangkrik dan binatang malam lainnya) (muncul nenek raksasa) |
Bawang Putih | : | “Akirnya, pekerjaanku selesai juga” |
Nenek | : | “Apakah sudah selesai pekerjaanmu?” |
Bawang Putih | : | “Sudah nek, sekarang bolehkah saya pulang?” |
Nenek | : | "Ini sudah malam, kakek sebentar lagi pulang. Dia suka sekali dengan daging anak-anak. Nanti kalau berjumpa denganmu dijalan, kamu bisa dimakan". |
Bawang Putih | : | (Menggigil ketakutan dan panik. Menenggok kanan dan kiri) |
Nenek | : | “Ha..ha..ha…jangan takut. Kakek masih jauh. Kalau berjalan langkahnya terdengar dari jauh. Nanti kamu saya sembunyikan dibawah kekep” |
Narator | : | Bawang putih hanya menurut disembunyikan dibawah kekep. Tak beberapa lama terdengar suara langkah kaki berat. (efek suara langkah yang berat menjejak tanah) |
Kakek | : | “Ha..ha…ha..nenek aku seperti mencium bau manusia?“ (mendengus, mendekati kekep) |
Nenek | : | “Itu bau tulang manusia yang kemarin. Sekarang kakek beristirahatlah (menjauhi periuk). (didalam kekep Bawang putih menggigil ketakutan) (Geber panggung ditutup) |
Seting | : | "Rumah nenek raksasa. Lampu panggung sedikit terang. Menunjukkan suasana pagi yang mulai riuh dengan kicau burung-burung. Tampak Bawang putih dan nenek raksasa. |
Bawang Putih | : | “Nenek saya permisi pulang”. |
Nenek | : | “Iya, ini bajumu dan sebagai tanda terima kasih karena sudah membantu nenek, ambillah buah waluh ini. jangan kamu buka kalau belum sampai rumah” |
Bawang Putih | : | Terima kasih nek” (Geber panggung ditutup) |
Babak 4
Seting | : | Rumah Bawang Putih |
Narator | : | Sesampainya dirumah Bawang putih bergegas mengambil pisau untuk membelah buah waluh. |
Bawang Putih | : | (Membelah buah waluh) Oh…Ibu! Bawang merah! (terbelalak histeris). |
Bawang Merah | : | “Ada apa triak-triak?” (melirik isi buah waluh) Hahhhhh! Ibu (berteriak kaget) |
Ibu | : | (Tergopoh-gopoh) “Ada apa?” |
Bawang Merah | : | Lihat bu!” (mengangkat isi buah waluh). |
Ibu | : | “Hah????? (terbelalak kaget, semua tak percaya dengan buah waluh yang berisi berhiasan itu) |
Bawang Putih | : | “Pilihlah Ibu, Bawang merah, silahkan pilih mana yang kalian suka. Ambillah” |
Bawang Merah | : | (Bawang merah dan Ibu sibuk memilih)” |
Narator | : | Sejak saat itu bawang merah dan Ibu memperlakukan Bawang putih dengan baik. Mereka hidup rukun dan bahagia. |